Kamis, 12 Februari 2015

Cinta yang Salah

       Musik melayu terdengar samar-samar di kamarku. Lantunan merdu mendayu-dayu mengiringi ku melepaskan sejuta imaji dalam benak tak nyata. Angin sore yang menghembus bersama hujan membuatku terpaku diatas rajang kayu ini. Mulai menulis dan mengenang perkenalan pertama dengan tuan penjahat hati. 
       Seperti penilaian ibuku, senyumnya memang manis. Untaian katanya menggoda, menggetarkan hati. Benar-benar menghipnotis fikiran dan ruang hati yang hampa. Tuan itu mungkin mahir bermain sihir. Tanpa alakadabra aku sudah masuk dalam permainannya.
       Semua ini memang kesalahanku, terlalu perasa dan mudah sekali dikelabui. Aku terlalu terpana dengan tiap-tiap abjad yang telah terangkai lewat pesan singkatmu. Seolah-olah aku tak sadar hingga menutup mata dan telingaku, lalu pasrah berjalan menuju rencanamu. Tuan dengan gambaran pria yang ada dalam kriteriaku. Bermata sipit, senyumnya lebar, kulitnya coklat, pandai bicara, supel, dan menggemari sastra sepertiku. Tepat sekali tuan, aku memang telah merasakan jatuh cinta padamu. Jatuh cinta lagi kepada orang yang salah.
       Orang yang sesungguhnya memperlakukanku sama dengan  perempuan lain, orang yang pandai melampiaskan emosi cinta tak terbalasnya pada perempuan manapun, orang yang jelas-jelas aku ketahui sangat mencintai pujaannya, dan aku telan mentah-mentah dalam fikiran bodohku lalu membuangnya ke antah berantah. Namun tetap, ini salahku, memang salahku, karena tak paham bahwa perkenalan ini ternyata bisa menjerumuskanku pada perasaan yang harusnya tidak aku rasakan.
       Aku minta maaf atas sikapku yang terlalu perasa. Yang tak mampu dengan baik menerima keinginan pertemananmu. Kedekatan kita memang tak singkat juga tak cukup lama. Jika memang ini hanya ketertarikan sesaat, akan mudah rasanya membiarkanmu pergi dan mendoakanmu agar bahagia dengan perempuan bermata pualam dalam obsesimu. Semoga saja ini tepat dan akan cepat berlalu.




Dari badut yang terperangkap dalam permainanmu.



(Bandung, 12 Februari 2015. Dian Angela Febria)

1 komentar: