Rabu, 09 Januari 2019

Tik.. tik.. tik..

          Diantara hidup yang panjang sering kali aku berkeluh kesah, bermuram dan merangkai diksi demi diksi yang cocok berkamuflase dari rasa menjadi kata. Tapi selama kurang lebih dua tahun ini aku mulai berhenti memposting puisiku, ceritaku, atau bahkan cacianku. Seperti tak ada waktu, seperti setiap yang aku rasakan waktunya aku habiskan untuk aku nikmati.
          Hari ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan hal baru yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, sesak sekali hingga pada saat menulis inipun aku tidak merasa lebih baik. Aku belum pernah jatuh terlempar dari gedung pencakar langit, tapi tulang-tulangku terasa amat sakit remuk hingga berkedipun terasa sakitnya. Tak ada yang mampu menghampiri ke lubuk hati ini dan meyakinkan aku bisa baik-baik saja. Bersandiwarapun seakan tak mampu aku lakukan. Rasaku menjelma kembali lewat kata, mampukah yang membaca menerima?

"Tik tik tik..... air apa ini yang menetes?
Menetes dimana?
Ini disini, pada diriku yang terluka
Air apa ini, alkohol 70% kah? Betadine? Garam?
Air apa ini?
Ah aku tak sanggup"

(Bandung, 07 September 2018. Dian Angela Febria)

Minggu, 06 Januari 2019

Bias

Pagi redup begitu saja, tak ada sapa hanya tersisa nestapa
Lalu malam begitu kelam, tak ada lagi dialektika atau doa

Bias..
Memudar..

Apa?

Hadirmu

(Bandung, 22 November 2018. Dian Angela Febria)

Rabu, 02 Januari 2019

Pagi yang Ku Cintai

Saat mata terpejam dan terbangun
Hadirmu menyelimuti dikala lelah
Menjadi semangat dikala gundah
Kamu selalu menjadi nafas pagi yang ku cintai

Langit biru teduh
Menikmati setiap warna-warnamu
Entah menjadi terang ataukah redup
Kamu selalu menjadu penabur rindu disetiap pagi yang ku cintai


(Bandung, 03 Maret 2018. Dian Angela Febria)