Senin, 18 Mei 2015

Biduan

Seorang penyanyi, melantunkan suara merdu
Entah meraba ke dalam hatinya
Atau hanya harta yang menikam keperluan
Keindahan itu menyangkut apa?

Seorang penyanyi, menyenandungkan nada indah
Bisa meraba ke setiap pendengar
Membuatnya merintih sedih bahkan merasa bahagia
Ungkapan apa yang disampaikan?

Biduan memecahkan keheningan
Melentingkan telinga menjadi bersimpati
Memanggil banyak jiwa untuk menyerap makna
Mengubah kinerja pemikiran otak

Seni,
Erat kaitannya dengan ilmu
Mesti mengirim ilham kebaikan
Mengguncang dunia ke dalam peradaban baru

Seni,
Menyampaikan pikiran ketika terlelap
Konsepnya tentang ilusi yang mengikhtiarkan kenyataan
Namun menaklukkan dunia dimulai lewat imagine 

Kebahagiaan tak seterusnya menari
Melodi pengiring akan menghentikan gerakan
Kebahagiaan bukan tawa sekejap
Nada-nada mayor pasti kan berganti minor

Kepala dipenuhi pesta para kekelaman
Meracau kesenangan yang sesaat
Seni kehidupan tak lama kan mati
Jika diciptakan untuk situasi yang tak kekal

Sampaikanlah saran penyair ini
Ketika menginginkan kebaikan didengar
Puisi ini mungkin kan usang
Berbeda dengan lirik lagu yang diulang

Bait demi bait mengiang di telinga berbagai insan
Buatlah pertarungan baru wahai biduan
Antara pikiran foya-foya dengan moril juga spiritual
Kemudian ciptakanlah aroma kedamaian

Sampaikanlah wahai biduan
Suasana yang berbudaya
Bukan penikmat yang mabuk-mabukan
Atau rekan-rekan mariyuana yang melumpuhkan

Mereka menari kesana dan kemari
Apakah hidupnya akan bahagia?
Mereka menikmati kata-kata yang dilantunkan
Akankah berpengaruh untuk seterusnya?

Jawabannya adalah tidak akan
Bak air di daun talas
Masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri
Begitulah yang akan terjadi jika nyanyian tak menyentuh hati

Penyair ini memohon kepada biduan
Bangkitkan kembali seruan prajurit tentang perjuangan
Ketika surya menyengat ubun-ubun dan mereka tak henti semangat
Rasuki lagi jiwanya dengan hantu-hantu pemandu tak kenal lelah

Buat ngiangan itu menjadi revolusioner
Mempengaruhi dengan cepat 
Bangkitkan lagi gelora muda
Jasa darah-darah pemimpi kemerdekaan


(Bandung, 28 April 2015. Dian Angela Febria)

Andai Dia Mengetahui

          Hari berlalu tak pernah pergi dengan keindahan yang sempurna. Seperti bahagia namun sesungguhnya amat terluka. Permainan peran apa lagi yang harus aku jalankan. Hidup ini memang penuh sandiwara, hingga aku harus tertawa diparuh waktu hariku dan menangis tersedu-sedu ketika aku menjadi aku. Saat ramai sedih ini bersembunyi hingga tak terlihat, menjelma menjadi sosok lain dan kembali ketika aku hanya aku.
          Ini tentang tingginya khayalku, besarnya harapan yang tak mampu aku sampaikan. Ketika seseorang memperingatkanku bahwa perempuan tak berhak terang-terangan menyatakan perasaannya. Ini masih tentang cinta yang mungkin tidak akan terbalaskan lagi untuk kesekian kalinya. Laki-laki kali ini bukan penggemar sastra jadi akan kusampaikan dengan bahasanya. Hanya lewat tulisan yang sesungguhnya belum tentu dia baca.



"Hai, mungkin kamu nganggep aku cuman temen chat doang. Tapi kalau aku, ngerasa nyaman banget chat sama kamu. Kalau emang kamu ngerasanya ga pernah ngasih harapan mungkin aku aja yang terlalu bawa perasaan. Kayanya aku udah jatuh cinta sama kamu. Sekiranya di hati kamu yang terdalam memang ga ada aku, jauhin aku ya. Aku gamau cuman jadi temen kesepian yang bisa kamu tinggalin gitu aja pas udah dapet yang kamu mau."








(Bandung, 18 Mei 2015. Dian Angela Febria)